Sabtu, 19 Juli 2014

Sejarah Filsafat Yunani: Thales dan Aristoteles


Thales
Para filsuf perintis ini muncul di Yunani kuno pada abad 6 SM. Tokoh yang biasanya dianggap sebagai filsuf paling awal adalah Thales. Ia orang Yunani yang tinggal di Miletos, di pesisir Asia Kecil yang sekarang disebut Turki. Karena nama kota itu, Thales dan para pengikutnya dikenal juga sebagai aliran Milesian.
Catatan tentang tokoh ini banyak dongeng beredar yang tidak dapat dipercaya kebenarannya. Hampir semua fakta yang kita ketahui tentang hidupnya, kita dengar dari sejarawan Herodotos, tetapi Herodotos tidak menyebutnya dengan nama “filsuf” dan tidak menceritakan kearifannya sebagai filsuf. Baru Aristoteles mengenakan kepada Thales gelar “filsuf yang pertama”.
Tidak diketahui persis kapan Thales lahir dan mati, namun kita tahu bahwa ia hidup sekitar tahun 580-an SM karena ia pernah dengan jitu meramalkan gerhana matahari pada tahun 585 SM. Dengan alasan Thales pantas disebut ilmuwan alam dan filsuf analitis Barat pertama dalam jejak sejarah perjalanan pemikiran filsuf Barat.Thales aktif dalam bidang politik dan juga seorang ahli teknik sipil yang berhasil membelokkan aliran sungai Hylas sehingga raja Croesus dapat menyeberang. Ia juga mendapatkan predikat sebagai figur seorang entrepreneur. Berkat pengetahuannya tentang perbintangan, meski saat itu musim dingin ia tahu bahwa akan terjadi panen buah zaitun, lalu ia berinvestasi uangnya untuk mengadakan mesin pemeras minyak zaitun sebelum panen raya dan menjadikannya kaya  raya dari bisnis itu. Jadi ia membuktikan pada dunia bahwa para filsuf bisa kaya dengan gampang jika mereka mau. Hanya saja ambisi mereka menuju ke arah lain.
Thales tidak menuliskan pikiran-pikannya atau sekurang-kurangnya tentang itu tidak ada kesaksian apa pun. Aristoteles adalah sumber utama untuk pengetahuan kita mengenai ajaran Thales. Aristoteles sendiri mendapat informasinya dari tradisi lisan saja. Dalam traktatnya tentang metafisika Aristoteles mengatakan bahwa Thales termasuk filsuf yang mencari arkhe (asas atau prinsip) alam semesta, malah bahwa ia merupakan yang pertama dari antara mereka itu. Thales menyimpulkan bahwa segala sesuatu pada dasarnya adalah air, hanya wujudnya bermacam-macam. Ia mengamati bahwa pada temperatur rendah air menjadi padat dan pada temperatur tinggi air menjadi gas. Setelah turun hujan, tumbuhan pun muncul dari dalam tanah, sehingga menimbulkan kesan bahwa tumbuhan adalah air dalam wujud lain. Aristoteles tidak tahu dengan pasti karena alasan apakah Thales menentukan air sebagai zat asali alam semesta.




Aristoteles
Aristoteles lahir di Stagira pada 384 SM. Ayah aristoteles adalah seorang tabib kerajaan Makedonia. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil, lalu ia dibesarkan oleh seorang wali yang mengirimnya ke Athena pada usia 17 tahun untuk belajar di Akademi Plato. Aristoteles tinggal di Akademi itu selama kurang lebih 20 tahun. Kelak, sekitar tahun 355 SM, ia mendirikan sekolahnya sendiri di Athena yang disebut Lyceum. Aristoteles meninggal pada tahun 322 SM pada usia 62 tahun.
Menurut Aristoteles, hanya ada satu dunia saja yang dapat kita filsafati, yakni dunia yang kita tinggali dan kita alami. Baginya, dunia ini amat mengagumkan dan penuh daya pesona yang tiada habisnya. Bahkan, perasaan kagum inilah yang pertama-tama menyebabkan orang berfilsafat, entah sebagai seorang pribadi maupun sebagai satu spesies. Inilah dunia yang ingin mereka ketahui dan ingin mereka pahami. Aristoteles tidak percaya bahwa kita dapat memperoleh suatu landasan pijak yang kuat di luar dunia ini untuk melacak pertanyaan-pertanyaan filosofis kita.
Hasrat Aristoteles untuk tahu mengenai dunia pengalaman ini bagaikan dahaga yang tak terpuaskan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah ia memetakan bidang-bidang ilmu pengetahuan. Karyanya dalam bidang-bidang itu dipakai orang untuk menamai bidang-bidang itu, antara lain logika, fisika, politik, ekonomi, psikologi, metafisika, meteorologi, retorika, dan etika.Yang terpenting, Aristoteles mensistematisasikan logika dengan menelaah manakah bentuk-bentuk penyimpulan yang valid dan mana yang tidak. Filsafatnya, serta teori politik, moral, dan estetikanya, masih tetap berpengaruh sampai hari ini.
Aristoteles menyimpulkan bahwa sesuatu tidaklah sama dengan unsur-unsur yang membentuknya. Dicontohkannya sebuah rumah. Ia mengimpulkan bahan bangunan ke lahan, memang segala material yang diperlukan untuk membangun rumah sudah ada, tapi rumahnya belum ada. Tentu saja, sebuah rumah pasti dibangun dari suatu material, namun bukan material-material itu yang membuatnya menjadi sebuah rumah, melainkan justru struktur dan bentuknya.
Menurut Aristoteles, bentuk menyebabkan sesuatu menjadi ada sebagai dirinya. Ia menguraikan konsep “bentuk” sebagai empat jenis “sebab” yang berbeda namun saling melengkapi. Empat “sebab” ini merupakan alasan-alasan mengapa sesuatu menjadi seperti adanya sekarang, atau dapat kita sebut empat “penyebab”. Bentuk adalah penjelasan dari segala hal. Keempat penyebab itu adalah penyebab material, penyebab efisien, penyebab formal, penyabab final.
Aristoteles selalu memandang bahwa hakikat sejati dari objek apa pun bukan zat-zat yang membentuknya namun fungsi yang dijalankannya.Prinsip ini diterapkan juga terhadap objek-objek tak bernyawa. Andaikan kapak memiliki jiwa, maka kapak itu tetap akan menetak. Menurutnya, hakikat suatu hal adalah apa yang dilakukannya, untuk apa benda itu. Dengan cara ini kita memahami konsep Aristoteles tentang jiwa, bentuk, dan penyebab final.
Ia mulai dengan proposisi bahwa  setiap orang menginginkan kehidupan yang bahagia dalam arti sepenuh-penuhnya. Menurutnya, kehidupan yang bahagia dapat dicapai manakala orang dapat menjalankan dan mengembangkan segala kapasitas dirinya secara maksimal dan sesuai dengan kehidupan dalam sebuah masyarakat. Aristoteles mengajukan doktrinnya yang terkenal, yang disebut “jalan tengah emas” (the golden mean), yakni titik tengah di antara dua ekstrem yang masing-masing sama buruk. Misalnya, kemurahan hati adalah jalan tengah antara boros dan kikir. Menurutnya, inilah jalan untuk meraih kebahagiaan.
Menurut Aristoteles, tujuan pemerintah adalah memungkinkan para warganya memperoleh hidup yang penuh dan bahagia. Hanya dengan menjadi anggota masyarakatlah seorang individu dapat memperolehnya. Salah satu filsafat politiknya adalah pandangan bahwa negara harus memampukan. Fungsi negara adalah memungkinkan perkembangan dan kebahagiaan individu.
Tragedi dalam bentuk puisi, yang menurut Aristoteles dapat memberikan kita lebih banyak wawasan tantang kehidupan daripada pelajaran sejarah.Kata Aristoteles, emosi yang kita alami pada saat menyaksikan sebuah drama tragedi menjadi proses katarsis, suatu pemurnian atau pencucian, melalui rasa iba dan takut. Aristoteles menekankan bahwa sebuah plot harus memiliki “awal, tengah, dan akhir”.

Pendapat Pribadi
Para filsuf Yunani menghasilkan pemikirannya sendiri yang sangat mengagumkan dan tanpa ragu untuk mengeluarkan pendapatnya dengan menggunakan rasio, tanpa merujuk pada agama, wahyu, autoritas, ataupun tradisi.Sejarah Filsafat Yunani ini perlu dipelajari untuk siapa saja yang haus akan pengetahuan. Dan, penting untuk mengetahui aliran-aliran filsafat yang ada di jaman sekarang, karena semua aliran filsafat yang ada bermula dari peradaban Yunani.



Bahan Bacaan
Bertens, K.1999. SejarahFilsafatYunani.Yogyakarta: Kanisius
Copleston, F.1993. A History of Philosophy. New York: Doubleday
Magee, Bryan.2001. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius
Russell, B.1961. A History of Western Philosophy. London: George Allen & Unwin
Yuana, Kumara A.2010. The Greatest Philosophers. Yogyakarta: Andi



Dilarang Melakukan Plagiarisme!
-Plagiarism is using others’ ideas and words without clearly acknowledging the source of that information-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar